Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin) KBRI Cairo merupakan lembaga perwakilan RI, yang bertugas melaksanakan misi promosi budaya kepada masyarakat asing, terutama warga Mesir, sebagai bentuk diplomasi lunak. Sejak resmi berdiri pada tahun 1987, Puskin terus berkembang, mulai dari melaksanakan kursus bahasa Indonesia hingga pengenalan berbagai budaya Indonesia kepada masyarakat Mesir dan asing, seperti pelatihan seni bela diri pencak silat, pelatihan seni tari daerah, dan pelatihan memainkan alat musik daerah. Kini Puskin berada di bawah bimbingan Atase Pendidikan dan Kebudayan (Atdikbud) KBRI Cairo, Prof. Bambang Suryadi, Ph.D. dan terus berkiprah melanjutkan program-programnya.

Sejak Puskin berdiri, diperkirakan tak kurang dari 1.000 orang telah belajar bahasa dan kebudayaan Indonesia di sini. Beberapa guru BIPA lokal juga silih berganti mengajar di lembaga ini. Saat ini di BIPA Puskin sendiri ada delapan orang tenaga pengajar lokal yang aktif dalam proses pembelajaran, yaitu Bapak Indra Gunawan, Lc. MA., Bapak Mufid Masngudi, S.Pdi., Bapak Mochammad Faiq Dzunnuraini, M.A., Bapak Nur Kholish, Lc., Bapak Ariis bin Sumaidi, Lc., Bapak Subki Sukendi, Lc., Bapak Roni az-Zubairy, Lc. dan juga penulis sendiri. Para pengajar tersebut juga tengah merampungkan studi masing-masing, baik di Strata Dua maupun Strata Tiga, selain mengajar BIPA di Puskin.

Sebelum masa pandemi, Puskin yang kedudukannya di bawah Atdikbud biasa menggunakan gedung Sekolah Indonesia Cairo (SIC) sebagai lokasi pembelajaran, dengan pembagian; dari pagi sampai sore hari, gedung dipakai untuk pemelajar SIC, kemudian pada sore hingga malam hari ruangan kelas dipakai untuk pemelajar BIPA. SIC ini beralamatkan di Jl. Musaddak, No. 63, Dokki, Giza, dan relatif dekat dengan Stasiun Metro, hingga memudahkan para pemelajar untuk datang. Selain di Puskin, pembelajaran bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) juga diadakan di Universitas al-Azhar Kairo, di Fakultas Bahasa dan Terjemah, serta di Pusat Studi Indonesia (PSI), Universitas Kanal Suez, Ismailiah.

 

Selanjutnya pada masa pandemi pemerintah Mesir mengeluarkan intruksi libur nasional dan kami harus menaati keputusan itu. Namun kami terpikir untuk mengubah metode pengajaran menjadi via daring yang kini marak, supaya kegiatan pengajaran bahasa Indonesia tetap berjalan. Kami mulai mencoba sejumlah aplikasi yang cocok bagi para pemelajar sekaligus kami para pengajar. Kami telah menggunakan berbagai aplikasi, mulai dari Whatsapp, Zoom, Google room, Quizizz, dll. Sejak awal sesi wawancara calon pemelajar, kami pastikan mereka harus siap menggunakan zoom meetings sebagai media pembelajaran. Bagi pemelajar yang belum biasa menggunakan internet atau memiliki koneksi buruk di rumah tentu ini sangat menyusahkan, namun kami percaya ada kemudahan di balik kesusahan ini. Terbukti minat pendaftar BIPA tak menurun, bahkan relatif naik. Meski aktivitas pembelajaran di sekolah-sekolah libur, namun aktivitas kebahasaan BIPA Mesir tetap berjalan. 

 

Selain itu, kebijakan pengetatan aktivitas masyarakat selama pandemi itu ternyata memiliki sisi positif, semisal para pemelajar fokus belajar di rumah dan tak terlalu sibuk di luar. Atas dasar itu, kami yakin tugas diplomasi kebahasaan ini tetap bisa berkembang pesat, bahkan akan menjangkau pelosok Mesir, berkat kemajuan teknologi. Juga berkat dukungan banyak pihak seperti Badan Bahasa dan KBRI Cairo yang selalu menyemangati kami agar memanfaatkan waktu sebaik mungkin, karena di balik musibah ini tersimpan hikmah dan jalan bagi yang mau maju. Demikian dalam kiprahnya, Puskin selalu berbenah dan bekerja secara profesional agar dapat memberikan yang terbaik demi menjalankan misi mengenalkan dan mengembangkan bahasa, serta kebudayaan Indonesia kepada masyarakat di Bumi Para Nabi ini.